Minggu, 17 April 2011

CERPEN REMAJA


ASI MURNI
            Namaku Asi murni.  Nama peninggalan almarhumah ibunda yang telah melekat padaku hingga saat ini. Entah kapan aku akan tega menukar nama itu. Nama yang telah memberi bencana dan  malapetaka bagi hidupku.Ya, hampir semua masalah yang kualami hanya karena nama yang kumiliki.
            Malapetaka ini berawal saat aku berada di kelas III SD. Kami mempunyai wali kelas seorang  guru janda yang tidak memiliki anak. Perawakan dan sifatnya cenderung keras. Sehingga kami merasa takut dengan guru tersebut. Namanya  Risnawati. Saat itu pelajaran IPA  mengenai pertumbuhan dan perkembangan manusia. Karena pelajaran sudah jam terakhir aku kurang berkonsentrasi untuk mendengarkan penjelasannya. Mataku masih tertuju ke papan  tulis sedang pikiranku menerawang entah kemana. Saat itu semua teman – teman tertawa dan memandang ke arahku . Begitupun dengan Buk Risnawati yang masih dengan wajah serius. Aku bingung dengan sikap mereka. Aku merasa pendengaranku tuli dan otakku tak bisa menganalisa apa yang terjadi. Aku seperti orang dungu. Mereka terlihat seperti berkata ke arahku tapi aku sama sekali tak mampu menangkap ucapan mereka. Tiba – tiba saja rol panjang sudah mendarat di tubuhku. Anehnya aku masih terpaku tanpa merasakan sakit .  Aku berusaha berfikir untuk mencari kata yang tepat tapi ucapan tak juga keluar dari mulutku. Kepala mulai  pusing dan perut  terasa mual. Buk Ris menarik telingaku dengan marah. Saat bel berbunyi aku merasakan darahku melesat turun di  dalam kepala dan telingaku . Sewaktu keluar kelas teman – temanku mulai mengolok – olokkan aku dengan menyanyikan lagu “bayi sehat yang diberi ASI”. Sedang teman laki – laki yang nakal mengejekku dengan sebutan “ Mimik cucu “ untuk istilah anak yang masih kecil. Aku sangat kesal dengan sikap teman – temanku yang setiap hari semakin bertambah nakal. Semenjak saat itu teman – teman selalu enggan bermain denganku. Aku hanyalah anak miskin yang bodoh, kotor dan memalukan.
            Namaku yang menjadi perdana di setiap absensi kelas menambah kedukaan hatiku. Apalagi setiap ujian aku selalu ditempatkan dimeja nomor satu di depan pengawas yang menyebabkan aku tidak bisa meminta bantuan siapapun pada jawaban yang tidak aku ketahui. Aku menjadi gugup, resah, keringat dingin mulai mengucur dan kepanikan menyerangku. Kadang aku merasa Allah itu tak adil. Menciptakanku dengan berbagai kekurangan. Badan besar, kulit sawo matang, mulut monyong, kualitas IQ yang rendah , wajah pas – pasan dengan lingkar hitam yang sangat mencolok dibawah mata. Sering juga teman – teman  merasa takut mendekat denganku karena mereka bilang aku seperti pemakai narkotika. Sewaktu ujian kelas II SLTP aku sempat dipanggil dan diperiksa oleh guru BK karena ada yang mengatakan bahwa aku adalah pecandu heroin.  Aku sangat sedih dan mengutuk diriku. Setelah pemeriksaan dan ternyata aku tidak terbukti aku kembali keruang ujian dengan meninggalkan separuh hafalanku di ruang BK terkutuk itu. Hasilnya nilai ujianku sangat rendah sekali. Aku merasa tak ada arti untuk hidup .
            Akhirnya aku lulus juga dari SLTP dengan nim yang bisa dibanggakan.  Aku meminta kepada ayah untuk melanjutkan sekolah di tempat Bibi Mirah yaitu adek dari ibu. Awalnya ayah keberatan karena takut menyusahkan Bi Mirah. Apalagi aku sangat malas masak,ceroboh,  sering salah dalam bekerja  dan suka  ngamuk tak karuan. Aku berjanji untuk bisa menjadi anak yang patuh dan disenangi Bi Mirah. Sambil mengeluarkan kekesalanku selama sekolah aku menangis dan memohon dengan sangat kepada ayah. Akhirnya, meski dengan berat hati ayah mengizinkanku.
            Penghidupan bibiku jauh lebih baik dari keluargaku. Hal ini berkat kecekatannya dalam mengolah keterampilan yang dimilikinya. Bibiku ahli dalam memasak dan memiliki perusahaan kecil kue kering. Bi Mirah setiap pagi bangun pukul 4 pagi untuk memasak gorengan, bumbu pecal,soto dan makanan lain untuk dijual di warung kopinya . Bi Mirah sangat senang saat aku utarakan untuk tinggal dan sekolah di SMEA dekat rumahnya. Aku kebagian tugas memasak salah satu jenis kue setiap pagi  dengan sistem gaji seperti karyawan. Kue tersebut juga harus  selesai pukul 7.00 pagi. Itu artinya aku juga harus bangun pukul 4.00 pagi. Meski awalnya sangat susah namun akhirnya aku mulai terbiasa dan harus menjadikan pekerjaan memasak sebagai kewajiban.  Aku harus melawan kantuk dan sifat malas memasak dari diriku. Setelah mandi dan makan aku membungkus kue bersama 2 orang karyawannya dengan perhitungan Rp. 50, per bungkus. Kadang dalam 4 jam aku mampu membungkus dalam jumlah 300 bahkan 400 bungkus.  Sama seperti 2 karyawan bibi lainnya, aku juga mendapat upah setiap hari sesuai hasil yang kubungkus. Aku merasa senang mengerjakan tugas itu karena aku tidak harus meminta uang kepada siapapun. Aku dapat mencukupi kebutuhanku sendiri.
            Aku memilih jurusan Administrasi Perkantoran karena kurasa besar peluang untuk bekerja setelah tamat  nanti. Lagipula aku selalu berkesulitan dalam pelajaran matematika.Hanya jurusan Adm. Perkantoran yang kurasa lebih sedikit mempelajari matematika jika dibanding dengan pelajaran akutansi maupun manajemen bisnis. Aku diterima di SMEA itu dalam urutan ke 4. Dengan bangga aku ceritakan kepada ayah. Betapa bahagianya hatiku melihat senyum ayah dan kilatan kebahagiaan di matanya.
            Dengan ragu aku memasuki gedung sekolah. Keringat dinginku mulai bercucuran. Aku masih ingat saat pertama masuk SMP. Ketika pembagian kelompok seorang guru menyebutkan satu persatu setiap anggota yang masuk dalam masing – masing kelompok. Giliran namaku yang terpanggil semua mata memandangku dengan senyum mengejek bahkan ada yang sengaja tertawa. Saat istirahat gelar antik mesti tersandang di pundakku. Entah bagaimana dengan sekolah baruku saat ini. Aku belum mengenal siapapun disekolah ini.
            Tak lama kemudian seorang guru menempelkan beberapa kertas di depan aula.Terdengar suara di microfon  supaya siswa baru berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditempelkan di depan aula. Aku sedikit lega. Setidaknya  kejadian  lalu tak terulang lagi. Perkenalan berlangsung dengan sewajarnya meski masih ada senyum mengejek ketika mendengar nama lengkapku. Tapi mereka tidak secara terang – terangan memperolokkan namaku. Mungkin karena faktor usia atau faktor daerah dan pendidikan.
             Naluriku merasakan kejanggalan dalam diriku. Setiap aku mendekati temanku mereka seolah enggan dan berusaha untuk menjauhiku. Kesedihan lagi – lagi menemaniku. Kebencian akan kehidupan kembali kurasakan. Kenapa aku harus menjalani hidup yang begitu berat ini ?” Kapan aku akan merasakan bahagia, diterima dilingkungan tanpa ada perbedaan?”Runtuhan – runtuhan cairan bening kembali menemaniku  di setiap malam yang terasa sangat panjang. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”Kapan keadilan akan datang padaku?”Sampai   kapan  aku  harus  merasakan  kenyataan  hidup  yang  sangat  menjemukan  ini ?”
            Hari – hari kulalui tanpa gairah. Semangat 45’ yang kutekadkan diawal pertempuran kini mulai goyah. Perang yang telah lama kulalui di area – area ganas kini menyisakan kelelahan . Satu persatu atribut perang telah musnah. Hanya pasrah yang bisa kulakukan. Kematian kurasakan lebih awal sebelum kematian sebenarnya.
            Lama aku terlarut dalam kenyataan hidup pahit yang memang telah digariskan untukku. Sampai suatu ketika hatiku buncah bagaikan bom atom yang menimpa kota Nagasaki dan Hiroshima. Bom itu sangat menghancurkan jantung dan hatiku yang sudah terdiri dari serpihan – serpihan. Salah seorang siswa akuntansi yang memang tergolong pintar , cantik dan kaya menyergapku didepan pintu pustaka.
”Hei bau ! kapan kamu bisa sadar kalo kehadiranmu hanya akan menyusahkan orang?”Sebaiknya kamu mesti diajarkan cara mandi yang bersih supaya tidak mencemari lingkungan!!”ucapnya tandas.
            Badanku gemetar dan tangnku secara reflek menampar bibirnya yang maju mundur tak karuan itu. Dengan kasar aku menarik jilbabnya dan menghujamnya dengan bogem mentah yang barangkali kesukaannya. Dia tak sanggup melawan dan aku digiring ke ruang BK seperti tahanah kriminal yang akan dimasukkan ke penjara.
            Untuk yang kesekian kalinya aku kembali mendekam di ruang BK. Kali ini aku di tahan sampai  jadwal pelajaran berakhir. Namun di BK saat ini aku mendapat titik terang karena aku dapat mengetahui penyebab kekacauanku selama ini. Bau tubuhku, mulutku, kakiku, rambutku yang tak sedap sehingga  mengganggu suasana yang harus aku obati. Aku baru menyadari ternyata bau tubuh bisa tak tercium oleh pemiliknya sendiri. Aku juga mendapat siraman rohani yang selama ini sangat kurang kudapati. Pak Erdimon yang sangat tulus dan lembut menunjukkan obat tradisional untuk menghilangkan semua penyakitku. Unek – unek mengenai pergaulan  yang selama ini terpenjara di hatiku berhamburan ingin melepaskan lelah. Dadaku  terasa plong.
            Sepulangnya  dari  sekolah  aku  langsung  mencari  ramuan  minum untuk mengobati bau  tak sedap dari seluruh anggota tubuhku.  Meski terasa pahit dan berbagai rasa yang tak enak dengan tekun ku minum semua  ramuan itu. Selang beberapa bulan kemudian pak Erdimon kembali memanggilku.
“Bapak sudah mendengar perkembangan Murni dari teman – teman yang lain. Ternyata kamu mempunyai kesungguhan dalam mengikuti anjuran Bapak” ,ucap pak Erdimon dengan lembut
“Alhamdulillah Pak, meski sekarang Murni masih belum punya teman tapi perasaan lega dan kebebasan sudah mulai Murni dapatkan”.Ucapku haru
“Kalau kamu ada masalah mengenai apa saja,kamu bisa cerita ke Bapak saat jam istirahat atau jam kosong. Kalau kamu malu disekolah kamu boleh main kerumah Bapak”,ucap Pak Erdimon yang seolah mengerti dengan keinginanku.
            Sepulang sekolah aku langsung makan dan tak lupa mandi. Aku minta izin kepada Bi Mirah. Untuk hari ini aku tidak ikut membungkus kue kering. Ternyata Pak Erdimon dan istrinya sudah menunggu. Aku diajak ke ruang tamu dengan akrab. Aku jadi malu dan grogi. Istri Pak Erdimon sangat lembut dan ramah . Aneka cemilan sudah tersedia dan aku melihat kue kering buatanku.  Aku tersenyum dan menceritakan kepada Pak Erdimon dan istrinya bahwa kue yang mereka suguhkan adalah kue buatanku. Mereka baru sadar kalau aku adalah keponakan Bibi Mirah yang menjadi sahabat Bu Retno semasa SMA sampai sekarang.
“Bagaimana dengan pelajarannya Murni ? Kalau kamu mengalami kesulitan jangan malu – malu untuk bertanya sama Ibu. Insya Allah akan selalu ibuk bantu”. Ucap Bu Retno yang ternyata mengajar di SMA terdekat.
Aku sadar dengan maksud pertanyaan Bu Retno dan aku mulai bercerita.
“Buk, sebenarnya Murni sekolah SMEA karena Murni ingin mengubah perjalanan hidup yang sangat pahit selama sekolah SD maupun  SMP di desa. Murni senantiasa menjadi bahan olok – olok bagi siswa yang nakal dan kaya. Faktornya banyak, yaitu karena nama Murni yang aneh, IQ yang rendah, wajah jelek,dan bau badan yang baru Murni ketahui ketika di SMEA ini”.
“Asal kamu rajin belajar kamu akan dapat meraih nilai yang bagus sehingga tak ada yang berani meremehkanmu. Ibu rasa kamu nggak jelek kok. Wajah kamu sebenarnya manis”,ucap Bu Retno dengan sungguh – sungguh.
“Tapi lingkar hitam dibawah mata yang sangat kentara menyebabkan Murni selalu dipergunjingkan teman - teman dan bahkan ada yang mengatakan kalau murni kecanduan narkotika atau malah ada yang memberi gelar tuyul. Mengenai pelajaran tergantung gurunya. Kalau gurunya udah beda – bedakan siswa Murni nggak bisa belajar dengan baik”.
“Guru itu nggak ada yang membedakan muridnya. Guru itu akan senang dengan siswa yang rajin serta  gigih dalam belajar dan  paling nggak suka sama siswa malas. Mungkin karena Murni kurang  tidur atau tidurnya sering terlambat makanya matanya meninggalkan bekas hitam”,ucap Bu Retno dengan hati – hati.
“Murni sudah mengalami sendiri Bu. Guru di SMP ada yang jijik dengan Murni. Pernah Murni tak diberi kesempatan untuk mengikuti tes untuk lomba olimpiade Bahasa Inggris. Padahal nilai Bahasa inggris Murni termasuk kategori tinggi. Ada teman yang sering nilainya rendah dari Murni bisa ikut tes tersebut. Bahkan Murni sering  mendapatkan perlakuan tidak adil seperti ini. Ibu pasti juga bakal berfikir kalau  Murni sering tidur larut malam sehingga menyebabkan lingkar mata menghitam. Tapi kenyataannya nggak. Paling lama Murni tidur jam 10.00 malam. Murni juga pernah membeli kosmetik – kosmetik yang dianjurkan oleh beberapa orang bahkan dengan obat tradisionalpun  tak ada angsurannya. Pernah juga Murni konsultasi ke dokter mengenai lingkar hitam bawah mata ini . Tabungan  ludes sedang pengobatan tiada hasil”,ucapku sedih.
“Hm,,Ibu sangat prihatin terhadap nasib yang menimpamu. Allah pasti hanya akan mencoba hambaNya yang kuat” ,ucap Bu Retno ikut sedih.
“Sebenarnya  setiap masalah terjadi karena suatu kesalahan yang secara sadar maupun tidak sadar  yang  telah diperbuat.  Kamu bisa instrospeksi diri atas kesalahan yang menimbulkan dosa. Apa saja yang pernah kamu lakukan ?”,ucap Pak Erdimon lembut.
            Aku sangat kaget dan tertunduk malu. Dengan berat aku menceritakan kepada Pak Erdimon bahwa aku memang sering melakukan dosa.  Sholat yang masih bolong – bolong,  nafsu memiliki barang yang aku inginkan dengan jalan mencuri, aku sering memakan makanan di kantin tanpa membayar karena aku memang tak punya uang, aku sering mencuri buku perpustakaan, sering menfitnah orang yang telah menghinaku, iri, dengki, khianat , bohong dan aku rasa semua sifat jelek kumiliki dan dosa telah kulakukan dengan sempurna. Semua kulakukan karena aku ingin dimengerti oleh orang lain. Aku ingin menjadi manusia yang utuh dan disenangi dalam lingkungan sosial.
“Ceritakanlah semuanya!” ucap Pak Erdimon Pendek namun masih tetap ramah dan lembut.
“Kadang  Murni merasa seperti orang gila. Tanpa sebab yang jelas ingin menangis, teriak bahkan mengumpat. Murni sering menyesali takdir. Yang membuat Murni sangat menderita adalah ketika salah seorang teman SMP  menyatakan kalau murni adalah sampah yang menjajakan tubuh pada “kumbang jalanan”. Murni  juga sempat baku hantam dengan beberapa murid cewek maupun cowok.  Mereka cukup jera. Setelah itu mereka hanya berani menfitnah. Tak tau siapa yang menyebarkan fitnah itu. Sialnya ketika diproses di sekolah ucapan teman Murni itu boleh dinyatakan benar karena terbukti bahwa Murni memang tidak “ virgin “ lagi. Mereka tetap tidak percaya ketika Murni menceritakan kejadian saat Murni diperkosa oleh teman sepermainan disaat Murni masih bocah. Mereka menganggap Murni pembohong ulung yang dengan gampang bercerita dan mencari alasan yang tak benar. Padahal ucapan Murni saat itu adalah sejujurnya. Semenjak itu Murni lebih suka berbohong karena sikap jujur tak pernah diterima oleh lingkungan  saat itu. Murni akui bahwa Murni mampu bercerita dengan sangat meyakinkan meski belum pernah melakukan hal – hal yang menjadi topik pembicaraan. Murni hanya mampu berkhayal menurut berbagai cerita yang pernah dibaca. Murni senang membaca Novel orang dewasa meski umur Murni masih dibawah  17 tahun.Tempat yang paling aman  untuk membaca adalah diatas pohon jambu biji yang sangat rimbun dan tinggi.  Penyakit dungu yang selama SD muncul dalam periodik tertentu mulai menggerogoti disetiap ujung kekesalan. Klimaksnya otak sama sekali tak mampu berfikir, tangan dan kaki tanpa rasa. Apapun yang sedang murni pegang akan jatuh tanpa sadar. Pernah saat memegang parang tajam untuk membersihkan ikan , Murni teringat sikap teman yang sangat mengesalkan, perasaan benci, dendam dan amarah kembali menyusuri otak. Tiba – tiba parang yang Murni pegang  terjatuh begitu saja sehingga mengenai kaki. Untung kaki Murni tidak putus. Sampai sekarang masih meninggalkan bekas”. Ucapku sambil memperagakan bekas jahitan di kaki
“Tak ada kata terlambat untuk bertaubat nak. Kamu masih kecil. Hanya Allah-lah yang akan menyembuhkanmu. Bapak yakin, kalau kamu memiliki kesungguhan untuk bertaubat, insya Allah, Allah akan menghapus kemurkaannya kepadamu. Bapak yakin bahwa kamu juga pernah ingin bartaubat tapi kondisi yang kurang mengizinkan. Kamu selalu tidak sabar dengan proses. Seperti kue yang Murni buat ini. Sebelum menjadi kue yang enak tentu memiliki proses yang lama bukan?” mulai dari pembelian bahan, penyediaan, lama memasaknya serta pembungkusan sehingga menjadi kue yang menarik , enak dan disukai banyak orang. Bagitupun manusia,dengan penempaan dan cobaan jika dapat dilalui dengan baik akan menjadi insan yang sangat berharga. Baik dimata masyarakat maupun di mata Allah.  Maukah kamu berjanji untuk mengikuti anjuran bapak untuk yang kedua kalinya??
Janji apa pak?”Ucapku ragu
Kamu harus benar – benar bertaubat . Ingatlah Allah setiap kamu akan melakukan kesalahan .Niscaya Allah akan menjagamu.Meski dalam keadaan apapun. Diam dan jujur adalah kunci utama. Jika kamu rasa ucapanmu tidak penting  lebih baik jangan berbicara. Pertahankan kejujuran dimanapun berada. Sholat usahakanlah jangan bolong. Sebaiknya sholat tepat waktu”.Ucap Pak Erdimon tegas
”Maaf pak,,Murni takut berjanji. Insya allah murni akan melakukan nasehat Bapak”. Ucapku dengan tekad kuat.
            Pak Erdimon tersenyum dan meminjamkan beberapa buku islami. Buku yang selama ini tersingkir dari hidupku. Memang selama ini aku juga menghabiskan waktu dengan membaca di perpustakaan tapi yang kubaca hanyalah  novel dan cerita.  Aku diantar kerumah oleh Bu Retno dan Pak Erdimon. Mereka terlihat asyik bercerita. Aku menuju kamar untuk segera melaksanakan sholat yang sering kulupakan. Ya Gaffar,, ampunkanlah segala dosa yang telah kulakukan selama ini”.
            Buku yang diberikan pak Erdimon kubaca. Badanku gemetar ketika membaca beberapa hadist mengenai perilaku jelek yang selama ini kulakukan. Meski sangat susah untuk menghilangkan kebiasaan berbohong aku sudah bertekad untuk memperbaiki hidupku. Hidup dunia maupun akhirat. Waktu istirahat banyak kuhabiskan untuk membaca buku islam.
            Pernah beberapakali aku secara reflek melakukan kebohongan. Dengan tekad kuat aku menjelaskan mengenai kebohonganku. Tanggapan dari mereka berbeda – beda. Ada yang menganggap aku lucu karena setelah berbohong langsung ngaku. Ada yang salut dengan tindakanku dan ada juga yang berakibat fatal. Aku dicap sebagai pembohong besar yang secara reflek melakukan kebohongan. Aku tidak menggubris pandangan orang. Aku berusaha untuk mengikuti anjuran Pak Erdimon. Dalam pelajaran yang tidak ku mengerti aku berusaha belajar dengan sungguh – sungguh. Jika memang sangat sulit bagiku baru bergerak menuju rumah Pak Erdimon. Kadang – kadang  aku mengambil uang tabunganku untuk memberi sedekah pada peminta di pasar. Ketika melihat wajah cerianya hatiku terasa sagat sejuk dan bahagia. Sungguh tak ternilai harganya. Betapa indahnya melakukan kebaikan. Aku mulai memberikan bantuan kepada teman yang membutuhkan. Baik sumbangan moril maupun materil.
             Ketika pembagian rapor aku hanya tawakal kepada Allah. Berapapun nilaiku adalah hasil usahaku sendiri. Murni. Sesuai dengan namaku. Aku ingin menjaga kemurnian dihatiku. Ternyata aku bisa mendapat peringkat 3 besar. Kusongsong wajah tua ayah yang menyunggingkan seulas senyum untukku. Senyum  kebahagiaan dan senyum bangga . Selama ini aku  hanya sering membuat ayah kecewa . Akulah yang selalu membuat ayah semakin renta dengan segala sikap jelek yang kumiliki. Ayah yang masih sudi menjaga kami meski ibu telah lama meninggalkannya. Ayah yang tidak rela masa depan anaknya susah seperti nasib yang dialaminya. Ayah yang tak sempat mengenyam pendidikan. Aku yakin, jika ayah sempat bersekolah ia akan menjadi orang yang sukses. Hal ini terlihat dari daya tangkap dan ingatannya yang kuat.
             Dengan berurai air mata aku berlutut dan meminta maaf  kepada ayah dan semua saudaraku. Aku ingin memulai lembar baru dalam hidupku. Mungkin  malaikat sudah jemu mencatat semua perbuatanku yang hanya menimbulkan dosa .Aku  ingin menghapus catatan dosa itu dengan pahala. Ya Allah,,, tuntunlah hambamu yang lemah ini”.
            Aku kembali sekolah seperti biasa. Harus kuakui bahwa aku ternyata mempunyai segudang bakat yang tak pernah diasah atau tersalurkan. Kebohongan yang dulu kulakukan secara reflek karena daya khayal yang tinggi kini tersalur secara positif. Aku mulai dikenal sebagai  orator  ulung. Bercerita, berpidato,dan mendongeng dapat kulakukan tanpa konsep. Berkat bimbingan Pak Erdimon aku mampu memperoleh beberapa piala dalam speech contest, story telling  maupun pidato dalam bahasa Indonesia. Tapi rahasia yang lebih penting adalah  karena  aku  senantiasa  memohon pertolongan Allah di saat sholat  tahajjud  dan duha yang alhamdulillah telah rutin kukerjakan. Ditambah dengan puasa sunah serta membaca Alqur’an  minimal satu halaman perhari. Tak lupa dzikir Asmaul husna yang mengalun dalam diamku. Berbagai kemudahan kudapatkan setelah merutinkan kegiatan tersebut. Aku merasakan hidup begitu mudah dan terasa sangat indah. Kesibukan memasak yang bukan merupakan hobbiku tak membuatku jemu.
            Hari ini aku sengaja ke rumah Pak Erdimon karena aku kangen dengan Bu Retno. Tanpa lupa membawa cemilan aku minta izin kepada Bi Mirah. Sengaja aku membawa buku matematika sekedar alasan. Malu rasanya kerumah Bu Retno untuk  sekedar bermain.
“Aih,,,orator  SMEA datang...udah lama sekali nggak datang”. Sambut Bu Retno gembira
“Ah, ibu berlebihan. Murni kangen sama ibu. Oh ya,,Bi Mirah titip buat ibu”.Ucapku menyodorkan cemilan yang dipesankan Bi Mirah
“Cuma beberapa bulan saja tak bertemu ibu jadi pangling. Kamu sudah banyak berubah. Badanmu sekarang udah lebih bagus. Ibu pikir ada yang terasa beda dech. Tapi apa ya?”Ucap Bu Retno tampak berfikir keras
“ Ah , ibu selalu berlebihan. Mungkin perasaan ibu saja. “ Ucapku sambil mengelarkan buku Matematika.
Bu Retno Masih menatapku dengan seksama. Kemudian kembali tersenyum.
“Ibu ingat sekarang. Ibu nyaris tak melihat lingkar hitam di bawah matamu. Wajahmu kelihatan bersih dan bercahaya. Malah kamu sekarang mirip sekali dengan Daffa”.Ucap Bu Retno         tersenyum simpul
            Aku baru sadar.  Sudah lama aku melupakan keluhan – keluhan mengenai kekurangan fisik yang selama ini kuderita. Aku hanya sibuk memperbaiki spiritual dan belajar giat demi  mengejar cita – cita.  Namun di hadapan Bu Retno aku bersikap tenang dan kembali sibuk dengan pelajaran yang kutanyakan.
            Sesampainya dirumah aku kembali berkaca. Dan benar, aku melihat seraut wajah yang sangat manis . Wajah yang bersih bercahaya tanpa lingkar hitam disekitar mata. Mata yang kecil dengan hidung yang indah dibawahnya.Badanku yang sudah ideal dengan tinggi yang kumiliki. Aku juga ingat bahwa penyakit dungu yang selama ini megidapku  hampir tak pernah lagi kurasakan. Tiada hentinya aku mengucapkan syukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah. Karunia yang datang silih berganti. Bagaikan air yang mengalir. Terima kasih  Ya  Allah,,,,Tiba – tiba mataku tertuju kepada buku  yang baru kupinjam disekolah. Aku tersenyum membaca sebuah Firman Allah pada halaman pertama.
$ øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ
 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” .
Ya Allah,, bimbinglah hatiku untuk selalu bersyukur kepada –Mu,,Tetapkanlah iman dan islam untukku sampai akhir hayatku. Dan jadikanlah aku manusia yang jujur, sabar dan ikhlas dalam menjalankan ketentuan yang telah Engkau tetapkan untukku....Amiiiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar